fiction No.2 “Oracle”

~oracle~
22 august 2008

~dont make a sound shhtt listen..keep your head down we’re not save yet,
dont make a sound…
~…suara telepon berdering.
“halo…” pemilik telepon berkata.
” halo assalamualaikum” ucap penelpon
” walaikum salam, ada apa bang? kok tiba-tiba nelpon” kata penerima dengan nada penuh tanya.
” mmm…nggak..mmm..gimana kabar?” penelpon yang gugup dengan pertanyaan penerima.
” ahh kayak biasa, baik kok.” jawab penerima malas2an
” ooohh..mmm..makasih ya hadiahnya, kirain lupa kok gak ada sms” penelpon berkata
” ahh sama-sama, baguslah kalo udah nyampe. kan udah dibilang kalo aq sekarang udah males sms kamu.” jawab penerima dengan nada tegas yang dibuat-buat.
” udah aku pasang loh, lumayan juga buat ganti-ganti. mmm btw kenapa kok males sms aku? hemat pulsa ya?” penelpon berujar
” nggak juga, pulsa ada, aku males aja abisnya dirimu ngejatah sih, mana sering nggak dibales lagi” jelas si penerima.
” oh gitu. dirimu pulang kapan?” tanya penelpon singkat
” ya hari raya lah.” jawab penerima singkat pula.
” yaa tanggalnya berapa? masak pas hari rayanya.” suara penelpon bertanya.
” tanggal 26 september 2008 pesawat mandala air kedatangan pukul 13.15, emange kenapa? kok pengen tau banget, nggak mau ngejemput aja loh.” tukas penerima.
” enggak apa-apa sih, yaa emang nggak bisa ngejemput, orang kendaraan aja nggak ada, lagian juga masih jam kerja. enggak, cuma mo bayar duit urunan” kata penelpon.
” ooh masalah duit itu, udah..titipin aja ke siapa gitu, ntar aku urusnya sendiri. nggak usah dibikin pusing. mo ditransfer atau dikirim lewat wesel juga bisa toh?!” jawab penerima dengan menahan sedikit emosi.
” loh emangnya nggak boleh dikasihin sendiri tah?” tanya penelpon dengan sedikit ragu
” bukannya nggak boleh, cuman..daripada dirimu repot-repot menemui diriku, lagian kan dirimu sendiri yang bilang bahwa nggak harus ketemu diriku kan?!” ujar penerima.
” itu kan dulu….” jawab penelpon tanpa berhasil menyelesaikan kalimat yang ingin diucapkannya.
” ahh sudahlah, nggak pake ketemu juga nggak apa-apa ini. daripada ketemu tapi sebenernya nggak kepengen, ntar malah bawaannya nggak enak semua” balas penerima dengan tegas.
” lho kok gitu….” kata penelpon dengan nada sedikit sedih dan bingung.
” mmm..i tell you one thing, i’m changing, the me that u know before she is pink, and now pink is sick and being rehab. the me that talking to you right now is grey turquoise. the old me that annoyed and bugging you around is away and grey tuquoise is taking control. the pink is hiding, disappear, rehabbing , to mend her sickness. the grey turquoise me is the one who realize and  understand that there’s no good on keep on asking, waiting, wondering, begging, and nagging for something that not even willing to be there. both of them are me, me is still loving you. begitu..” suara penerima terdengar bergetar ketika kata-kata terakhir itu diucapkan, suara itu terdengar sedih tapi sekaligus bahagia dan begitu puas dengan apa yang telah diputuskannya.
” ….hhh” hanya terdengar napas dari mulut penelpon, desahan napas sedih karena kebingungan dan keengganan untuk menanggapi pernyataan lawan bicaranya.
” ga ada lagi yang mo diomongin kan?! like usual, you got nothing to say right. sudah gak usah terlalu dipikirkan, begitu lebih baik kan?! kalo sudah ya sudah nelponnya. sudah yaa assalamuaikum.” tukas penerima telepon tanpa menunggu jawaban si penelpon. Tanpa menunggu apapun juga segera ditekannya tombol pengakhir telepon. ditekannya lama sampai lampu layar tak lagi menyala. dipandanginya sejenak sebuah handphone merah menyala dengan garis emas dipinggirnya, disapukan seluruh pandangannya kearah gantungan handphone berbentuk kotak dengan sebuah foto stiker menempel diatasnya. beberapa detik dia memandangi foto dua orang yang terdapat didalamnya, diambilnya sebuah nafas besar dan dihembuskannya, seakan -akan dengan keluarnya nafas itu keuar juga seluruh masalah yang mengganggu hatinya. sejurus kemudian dialihkanlah pandangannya menuju sinar merah yang memancar dari luar jendela kamar.
” hhmm…cantiknya… be good there pink, im here..every thing’s gonna be okay” ujarnya sembari menatap matahari sore yang mulai turun ke cakrawala.

*oracle : (n) any person believed to indicate future action with infallible authority

setiap fiksi berdasar pada sebuah atau lebih kenyataan, begitu pula fiksi satu ini, sebuah fiksi yang benar-benar terjadi (walopun nggak sama) dan terjadi beberapa jam kemudian setelah penulisannya. pemberian judul oracle berdasar pada kenyataan bahwa fiksi ini menjadi kenyataan.

thank to fatimah alkaff for the inspiration on the title, may Allah bless you with happiness .

once again “otanoshi mo ni” or happy reading!

fiction No.1 “hitam,merah dan kuning”

“hitam,merah dan kuning”
-21 august 2008-

pagi itu aku terbangun dengan rasa mual yang amat sangat, sesuatu telahmenciptakan pusaran arus yang membawa seisi perutku ke kerongkongan.setelah kelegaan karena semua isi perutku keluar, muncul suatu kekhawatiran yang tiba-tiba mendera, wajah pucat yang kubasuh dengan air didepan kaca wastafel tidak dapat menjawab apa yang kukhawatirkan. kukerjap-kerjapkan mataku dan bertanya sekali lagi pada wanita bermuka pucat dengan bintik2 coklat dibawah matanya yang terpantul dikaca, tetapi dia hanya menggeleng dan mulutnya tetap terkatup seakan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, rambutnya yang hitam dan lepek yang menempel di pipinya hanya ikut bergoyang bersama dengan gelengannya.

pertanyaanku rupanya teralihkan dengan suara keras yang terdengar seperti sebuah ledakan muncul dari luar kamar mandi, kuayunkan kakiku dengan gontai, lemas karena muntah, kearah suara itu berasal. kudapati seorang pria setengah telanjang dengan kulitnya yang coklat kemerahan terbakar matahari, rupanya sebuah jam weker besar terjatuh karena tangannya. ” pucat sekali, habis muntah ya?” tanyanya sembari menarik tanganku yang berada dalam jangkauannya. dalam satu sautan tubuhku yang lemas ini berada dalam pelukannya, kuanggukkan kepalaku sembari mengamati wajahnya yang kasar dengan rambut-rambut wajah yang tak tercukur dan bibir yang tebal, kuamati lekukan bibirnya ketika dia mengatakan ” apa hamil ya?” , dan tanpa menunggu jawabanku didekatkannya bibirnya yang merah kecoklatan ke bibirku, aku hanya berdiam, membiarkan liurnya membasahi bibirku, kepalaku kosong seakan habis terkuras bersama dengan keluarnya isis perutku. Kusadari pria yang menciumku ini adalah suamiku, ada suatu kesadaran yang mengatakan bahwa dia adalah suamiku yang sudah 2 tahun ini hidup bersamaku, tapi namanya tak dapat kutemukan dalam memoriku. kesadaran lain mengatakan bahwa aku tak bisa merasakan perasaan hangat dada yang sering kudapati ketika dia menciumku, kubiarkan kesadaran lain yang kosong menguasaiku. setelah beberapa saat dia berhenti menciumku dan kembali bertanya ” makan apa kita pagi ini? aku lapar”, aku hanya mengangkat pundak tanda aku pun tak tahu harus menjawab apa, dengan mulut tertutup rapat tak berbentuk. dan pergilah dia menjauh dariku menuju keruangan lain diluar kamar, suara gemerincik air terdengar setelahnya.

kesendirian ini rupanya memberi kesempatan pada perasaan khawatiryang tadi untuk muncul kembali, aku terpekur sambil mengingat-ingat apakah gerangan yang terjadi semalam dan hari-hari sebelumnya, aku berpikir mungkin dari situlah kekhawatiran ini muncul. namun sayang, beberapa menit kuhabiskan dengan mengingat-ingat dan tak satupun dapat kuingat, semua hanya hitam, merah dan kuning, warna-warna itu bergantian muncul tiap kali aku mencoba merunut kejadian sebelum aku tidur. aku menyerah, kubiarkan ketidaktahuan ini menjadi satu2nya hal yang kuketahui sekarang.

suara derak langkah dilantai parket itu mendekat, dan muncullah sesosok merah kehitaman yang tadi menciumiku, dia hanya lewat didepanku yang terduduk lemah diatas tempat tidur tanpa memperlihatkan wajahnya, dan kusadari bahwa merah tubuhnya begitu familiar. rupanya dia menuju kekamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan shower. aku masih terdiam memikirkan 3 cahaya yang mengganti ingatanku, tanpa kusadari badanku melemah dan berbaringlah aku di kasur dengan seprai bunga-bunga tulip besar dan kecil berwarna kuning, kurasakan kelembapan bersamaan dengan kelembutannya, aku merasa nyaman, dan tanpa terasa aku tertidur.

mual itu membangunkanku lagi, membuatku tiba2 mampu bangun dan mengeluarkan cairan2 pahit dari dalam perutku kedalam toilet, kepalaku pusing dan badanku lemas. kembali kubasuh muka dan mulutku didepan kaca, kulihat wajah wanita pucat tadi pagi berganti dengan wajah yang memerah dipipi dan mulut yang terbuka. aku sudah tidak ingin lagi menanyakan apapun padanya karena kulihat secara perlahan dia mengatupkan bibirnya kembali. kuraih handuk yang tergeletak di wastafel dan tercium olehku wangi yang keras, wangi segar rumput basah dipagi hari, wangi yang kudapati memenuhi rongga dadaku dengan perasaan nyaman dan tenang. kulupakan khawatirku dan melangkah menuju luar kamar. ruangan luas yang
terisi dengan perabotan coklat dan ungu menggangu pikiranku, kurasakanpedih dimata, kualihkan mataku pada jalan yang menuju keruangan lain, dapur. lantai dapur yang dingin membuatku terkaget, dan aku sadar bahwa aku tak tahu ingin melakukan apa diruangan ini. cahaya oranye dari jendela menyinari sebilah pisau diatas meja, membuat sisi tajamnya berkilauan bagai kristal. kurasakan tenggorokanku kering dan pahit karena sisa cairan yang telah melewatinya, kuambil sebuah gelas yang terbalik diatas serbet dan kuisi dengan air keran, kuteguk dengan cepat seakan air itu bisa menghilangkan pahit dan kering tenggotokanku.
segelas penuh telah kuteguk habis, pahit itu hilang tapi muncul lah rasa khawatir aneh itu kembali. kucoba untuk mencari jalan kembali kekamar, dan mataku tertumbuk pada kilau putih kuning dari pisau tadi, kuraih gagangya, kuamati dan kucermati, tampak pantulan wajahku yang bersemu merah dengan rambut hitam lepek menempel dikedua pipiku, kusadari bahwa wajah itu aku, sari desainer interior penyuka warna ungu dan coklat, kesadaran tiba2 ini mengagetkanku. dengan cepat kualihkan pisau itu dari
mataku, tak kusadari ketajamannya telah menyayat pergelanganku, kupaksa kakiku melangkah cepat menghindari sofa ungu dengan bantal-bantal coklat, aku ingin kembali kekamar dengan seprei kuning dan handuk wangi rumput itu dengan segera. kubiarkan tetes2 darah meninggalkan jejak dibelakangku, aku hanya ingin tidur diatas seprei itu. begitu kasur itu telah ada didepan mataku segera kuhenyakkan tubuhku diatasnya, kubiarkan tetesan darahku mengotori kelopak2nya, aku hanya ingin tidur, aku hanya ingin merasakan kelembutannya, warna jernihnya. kurasakan air matakumengalir membasahi warna kuningnya sehingga warnanya menjadi lebih gelap. tiba-tiba pintu kamar terbuka dan sesosok pria dengan kemeja hijau zamrud dan celana khaki berdiri dengan mata yang melotot dan mulut yang menganga, ekspresi kaget itu membuatku ingat sebuah nama, andre , seorang yang telah menikahiku selama dua tahun ini, seorang yang sekarang dapat kurasakan kecintaanku padanya. kucoba untuk memanggil namanya tapi mulutku kelu, tak mampu mengeluarkan bahkan sebuah desahan. aku sedih, ingin kugapai tangannya tapi penglihatanku kabur, tak bisa lagi kulihat dimana sosok pria yang tadi pagi menciumku. dan keburaman tiba-tiba berganti dengan warna itu lagi, hitam, merah dan kuning yang menyelimutiku.

my debut on fiction…based on nothing, inspired by no one but the music i listen and crazy imagination. happy reading! happy criticizing!